Kamis, 11 September 2014

Lomba Cipta Produk Politeknik Negeri Lampung

Kegiatan Lomba Cipta Produk Agribisnis Polinela 2014 (LCPP) ini dilaksanakan untuk mendukung mahasiswa Indonesia dalam menciptakan invensi/inovasi agar memberikan dampak kepada masyarakat yang ditujukan untuk mempercepat proses menciptakan ide/gagasan inovatif atau solusi teknologi menjadi aplikasi/terapan. Diharapkan dengan Lomba Cipta Produk Agribisnis Polinela 2014 (LCPP) akan mewadahi, memfasilitasi, dan menyalurkan minat dan bakat mahasiswa Polinela dalam berkreasi dalam bentuk produk agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat ikut serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengeksplorasi kreativitas mahasiswa, dan kalangan akademisi muda serta menciptakan kesinergisan dengan pemerintah dan pelaku industri agar dapat meningkatkan peran dan sumbangsih Indonesia dalam perkembangan bidang teknologi tepat guna leaflet dapat dilihat

Senin, 07 Februari 2011

DIARE

Diare merupakan sebuah kata umum yang digunakan untuk menggambarkan keadaan sapi yang mengalami keluarnya feses dengan ferekuensi sering dan konsitensi yang cair. Diare pada ternak khususnya sapi bukan merupakan sebuah penyakit, tapi lebih merupakan tanda atau gejala klinis dari sebuah penyakit yang lebih komplek yang bisa disebabkan oleh berbagai hal. Pada dasarnya diare adalah sebuah gejala klinis yang menunjukkan adanya perubahan fisiologis atau patologis di dalam tubuh terutama saluran pencernaan. Gejala yang bisa kita perhatikan dari mencret meliputi perubahan konsistensi (keras atau tidaknya) feses, warna feses, bau feses, dan keberadaan benda atau bahan yang terbawa di dalam feses pada waktu feses keluar. Untuk itu harus dibedakan gejala yang terjadi karena pengobatannya pun akan berbeda.

Penyebab Diare
Penyebab timbulnya diare pada ternak sapi dapat dibedakan menjadi 2 yakni :
1. Faktor / Perubahan Fisiologis
Ciri-ciri :
- Tubuh masih terlihat sehat (tidak pucat dan tidak lesu)
- Masih mau makan
- Feses lembek sampai cair tanpa disertai perubahan lainnya (tidak berbau, berlendir atau disertai bercak darah/segmen-segmen cacing)

Gejala yang terjadi diatas merupakan diare yang disebabkan oleh perubahan fisiologis misalnya perubahan lingkungan ternak, meliputi perubahan pakan, perpindahan ternak, perubahan cuaca, dan pergantian pemeliharaan. Untuk itu cara penanganannya adalah dengan tidak melakukan perubahan yang mendadak dalam hal pakan, perpindahan lokasi kandang dan sebagainya agar ternak tidak stres. Selain itu untuk mengganti cairan tubuh yang hilang maka diberikan cairan elektrolit terutama air, bikarbonat, sodium dan potassium atau larutan garam agar tidak terjadi dehidrasi yang lebih lanjut. Berikut disajikan resep cairan elektrolit yang dapat digunakan sebagai pertolongan pertama untuk mengatasi diare :

• 3 kotak kecil kaldu sapi instan (bisa juga menggunakan 1 sachet kaldu sapi)
• 1 sachet agar agar bubuk
• 2 sendok garam
• 2 sendok soda kue/baking soda/sodium bicarbonate/NaHCO3 (Anonimusa, 2006)
Selain untuk mengembalikan keseimbangan cairan tubuh juga diperlukan pengobatan untuk mengurangi gejala yang terjadi agar tidak menjadi lebih parah.

2. Faktor Penyakit/Agen Infeksi
Diare dapat juga disebabkan oleh agen-agen infeksi, diantaranya bakteri, virus ataupun parasit. Gejala klinisnya pun berbeda dengan diare yang disebabkan oleh perubahan fisiologis, diantaranya adalah:
- Diare profus (terus-menerus)
- Feses lembek sampai cair, berwarna gelap/kehitaman, berbau busuk, kadang disertai lendir, bercak darah/segmen cacing yang keluar dari lubang anus
- Tubuh terlihat kurus, pucat, lemah dan lesu
- Dari mata dan hidung keluar eksudat / lendir
- Bulu kasar, kaku dan rontok
- Nafsu makan menurun
- Merejan/merintih
- Punggung melengkung
- Jalan sempoyongan atau bahkan sampai ambruk
Penanganan bagi ternak yang terkena diare dengan gejala klinis seperti di atas selain dengan cara penggantian cairan tubuh yang hilang sebagai pertolongan pertama juga dilakukan pengobatan untuk menghentikan gejala diare atau mengatasi penyebab diare. Berikut ada beberapa resep lain yang dipercaya masyarakat dapat digunakan untuk menangkal diare pada sapi, baik sapi pedet maupun sapi dewasa gejala diare yang masih dalam stadium awal :

a. Bahan : arang tempurung kelapa
Cara membuat :
- Tumbuk halus arang tempurung kelapa.
- Ayak, lalu tampung dalam wadah yang mudah disimpan.
Cara Pengobatan
Untuk mengobati sapi berikan sebanyak 50 gram per oral

b. Bahan : Minyak kelapa 500 ml
Cara Pengobatan :
Minumkan untuk pengobatan seekor sapi

c. Bahan : daun jambu biji 200-300 kg
Cara pengobatan : diberikan secara langsung maupun bisa ditumbuk, ditambahkan sedikit air lalu diminumkan ke ternak. Dosis untuk seekor sapi

d. Daun nangka maupun buah nangka yang masih muda dan baru tumbuh diberikan secara langsung maupun ditumbuk dan dicampur sedikit air lalu diminumkan ke ternak

e. Campur dan haluskan temu ireng, kunir, kencur, lempuyang dan tempe busuk masing-masing 200-300 gram, dimasukkan ke dalam plastik dan didiamkan selama 1 malam lalu diperas. Hasil perasan diminumkan 3 kali sehari selama 2 hari.

f. Campur dan haluskan lempuyang 3 biji, gula pasir 250 gram lalu tambahkan 10 liter air masak dan diminumkan ke ternak dengan dosis 1 liter/ekor 3 kali sehari (Anonimus, 1994)

• Pisahkan sapi dara dan sapi yang lebih dewasa, tingkat imunitas dari pedet yang dilahirkan sapi dara secara umum lebih rendah daripada pedet yang dilahirkan sapi dewasa.
• Hindari tempat melahirkan yang basah dan lembab, proses kelahiran dapat dilakukan di padang penggembalaan apabila cuaca dan tempat memungkinkan. Lingkungan ideal untuk melahirkan adalah padang/lapangan rumput yang tidak terlalu curam, tersedia penahan angin (windbreak), cuaca hangat dan kering. Ingatlah bahwa penyebab diare adalah udara lembab, dingin, basah dan lingkungan yang kotor.
• Apabila melahirkan di tempat yang sempit, apabila kondisi memungkinkan, pindahkan induk dan anak ke lapangan rumput yang bersih segera setelah melahirkan. Lindungi pedet (dengan kandang portable) dari udara dingin, hujan atau serangan binatang buas
• Isolasi pedet yang diare secepat mungkin. Bersihkan dan desinfeksi lingkungan kandang. Isolasi sedini mungkin sangat kritis untuk menghindari penyebaran diare pada pedet lain.
• Pastikan induk dan anak dalam kondisi yang baik, terapkan program pakan dan nutrisi untuk memastikan ternak tumbuh sehat dan kuat.
• Berikan larutan iodine (betadine, atau minimal obat merah) pada ari ari pedet, sedini mungkin setelah dilahirkan.
• Minta saran dokter atau mantri hewan mengenai vaksinasi atau perawatan kesehatan yang dapat diberikan


Semoga bermnafaat

KEMBUNG (TYMPANI/BLOAT)

Bloat/kembung perut yang diderita sapi, dapat menyebabkan kematian karena struktur organ sapi yang unik. Dimana pada sapi, jantungnya terletak disebelah kanan perut, bukan dibagian dada seperti halnya manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi terhimpit oleh angin dan asam lambung saat menderita kembung. Karena kembung yang terjadi, mendesak dan mengakibatkan perut sapi membesar kesamping. Kematian pada sapi yang menderita kembung perut, biasanya rentan terjadi karena ketidaktahuan dan salah penanganan oleh peternak. Saat sapi mengalami kelumpuhan dengan perut yang kembung, banyak peternak yang memposisikan sapi mereka telentang. Hal itu menyebabkan, jantung sapi terhimpit dengan lebih cepat. Namun penyakit kembung perut tidak membahayakan atau menular kepada binatang lain atau manusia, daging sapi yang terserang penyakit inipun masih aman untuk dikonsumsi (Purnomo, 2010).

Gejala Klinis Kembung
• perut bagian kiri atas membesar dan cukup keras, bila ditepuk akan terasa ada udara dibaliknya, dan berbunyi seperti tong kosong
• ternak merasa tidak nyaman, menghentakkan kaki atau berusaha mengais-ais perutnya
• ternak sulit bernafas atau bernafas melalui mulut
• sering berkemih/kencing dan mengejan
• hidung kering
• nafsu makan turun/tidak mau makan sama sekali
• pada kasus yang berat akhirnya tidak dapat berdiri dan mati

Cara Pencegahan
1. Jangan memberikan hijauan atau leguminosae segar/basah, apalagi yang berusia muda di pagi hari karena mengandung embun. Berikan sarapan pada sapi rumput kering/hay atau hijauan yang telah dilayukan. Beberapa penelitian menyebutkan, pelayuan selama 2 – 3 jam sudah cukup menurunkan kandungan air. Suatu kebiasaan yang baik apabila peternak memberikan terlebih dahulu hijauan yang dipanen pada hari kemarin untuk diberikan pada pagi hari ini. Bila tidak tersedia hijauan kering, berikan konsentrat atau hijauan segar dalam kuantitas yang kecil dan perlahan-lahan.
2. Jangan lepaskan ternak di padang penggembalaan di pagi hari apalagi dalam keadaan perut kosong. Awali dengan rumput kering untuk meredakan nafsu makan atau tunggu ketika matahari mulai naik dan embun sudah menguap. Hal yang sama juga berlaku apabila rumput penggembalaan basah oleh air hujan.
3. Observasi ternak di padang penggembalaan minimal 2 jam setelah diumbar. Pada rentang waktu ini biasanya bloat terjadi. Bila terlihat ada gejala, jangan terburu-buru menariknya dari grazing area, seringkali bloat dapat sembuh dengan sendirinya. Apabila gejala berlanjut, segera beri tindakan.
4. Pastikan perut ternak terisi rumput kering/hay/serat sebelum digembalakan pada awal musim hujan. Hal ini akan mengurangi asupan rumput segar sehingga memungkinkan rumen lebih mudah beradaptasi dengan menu baru yang segar perlahan-lahan.
5. Berikan hijauan dalam bentuk kasar. Jangan potong kecil-kecil hijauan. Semakin kasar potongan hijauan (misalnya hijauan utuh) akan semakin lambat mikrobial rumen mencerna sehingga meminimalkan kemungkinan bloat.
6. Cara pemberian hijauan (dan konsentrat) sedikit demi sedikit tapi dengan frekuensi yang sering adalah paling baik, sayangnya ini akan merepotkan peternak sendiri.
7. Beberapa ternak seringkali mengalami bloat berulang yang kronis. Mungkin disebabkan oleh faktor genetis. Bisa dipertimbangkan untuk di afkir saja.
8. Karena sebagian besar penyebab bloat adalah proses pencernaan oleh mikroorganisme, pemberian probiotik terutama pada sapi muda dapat membantu memperbaiki fungsi rumen.

Cara Pengobatan
1. Ganti menu hijauan segar dengan daun kering/hay. Hal ini akan membantu pada bloat ringan. Membawa ternak berjalan-jalan juga dapat membantu.
2. Bila masih berlanjut, berikan anti foam. Secara tradisional berupa minyak nabati atau lemak. Minyak bertugas sebagai pengurai buih, dapat menggunakan minyak nabati atau minyak sayur atau minyak goreng pada dosis 150 – 300 ml segera setelah bloat terdeteksi. Susu murni sebanyak 1 liter juga dapat dijadikan alternatif untuk membuyarkan buih. Obat modern anti foam untuk mengobati timpani juga tersedia dalam berbagai merek, dapat diperoleh di toko-toko obat hewan.
3. Dengan menggunakan selang (ukuran ¾” sampai 1” diameter) sepanjang 2 – 3 meter yang dilumuri dengan minyak, dimasukkan melalui mulut melalui esophageal (tenggorokan) sampai mencapai rumen untuk membantu mengeluarkan gas dari dalam rumen. Selang ini sering disebut selang esophagus/stomach tube. Cara ini terkadang berhasil namun cukup berbahaya karena dapat menganggu bagian dalam ternak. Sebaiknya mintakan saran pada dokter hewan.
4. Apabila cara diatas tidak terlihat manjur dan kondisi ternak sudah tidak bisa berdiri sementara dokter hewan belum datang, anda harus melepaskan tekanan gas dengan paksa dengan cara melubangi dinding perut sapi. Bisa dengan menggunakan trokar (semacam penusuk, mirip paku tapi lebih besar) yang ditusukkan pada perut kiri atas, di belakang tulang rusuk. Gas yang terjebak dapat keluar melalui lubang tersebut. Apabila trokar tidak tersedia, sembarang alat yang tajam sepeti jarum suntik, jarum besar atau paku dan pisau bisa juga digunakan untuk membuat lubang sedalam kira-kira 2.5cm. Setelah ditusukkan, pisau jangan dicabut, tapi diputar miring sehingga gas bisa keluar. Namun demikian tindakan ini sebaiknya dipandang sebagai cara terakhir, karena bila salah dapat merobek rumen. Apabila ini terjadi dokter harus melakukan jahitan dan memberikan antibiotik untuk menghindari infeksi.

Beberapa resep tradisional lain untuk mengobati bloat yang dapat diaplikasikan antara lain:
a. Daun kentut atau sembukan 3 genggam dan bawang merah 20 buah. Parut halus daun kentut dan haluskan bawang merah. Campur kedua bahan dan tambahkan garam. Campur air dalam botol dan minumkan. Dosis untuk satu ekor sapi dewasa.
b. Getah pepaya 2 sendok makan. Garam dapur 1 sendok makan. Campurkan secara merata dan tambah air dalam botol air mineral kemudian diminumkan. Dosis untuk satu ekor sapi pedet (Anonimus, 1994)
c. Campur 100 gr asam jawa dan 100 ml air putih, diremas-remas lalu disaring dan 3 sendok makan garam yang diberikan secara terpisah. Cara pemberian obat yakni ternak dalam posisi berdiri, kepala dikondisikan mendongak, mulut dibuka, kemudian dalam kondisi mulut menganga garam dilempar dengan sedikit sentakan dan usahakan mengenai faring agar menimbulkan rasa geli sehingga memacu saraf ternak untuk batuk atau mendehem, kemudian baru larutan asam garam tersebut diminumkan sehingga sisa-sisa garam ikut tertelan. Larutan asam ini nantinya akan mengeluarkan lendir yang mengandung gas beracun dengan cepat. Sehingga, reaksi batuk ini akan memacu lendir keluar dan akhirnya ternak bisa bernafas kembali. Dosis pemberiannya dapat bertahap, tergantung tingkat serangan, umur dan berat badan. Satu formulasi larutan 100 gr asam jawa ini untuk menyembuhkan stadium awal pada ternak dewasa. Kita ambil standar ternak dewasa dalam arti satu kali melahirkan (ternak betina). Pemberian obat 3 kali sehari, 1 kali minum adalah 1 sendok teh garam atau 2 kali sehari, 2 kali minum- 1,5 sendok teh garam (Anonimusb, 2006).

Semoga bermanfaat.

Selasa, 01 Februari 2011

Penampilan Sapi Simental dan Peranakan Ongol dalam Pola Penggemukan Sapi Potong Sistem Kereman Berbasis Limbah Singkong

Penampilan Sapi Simental dan Peranakan Ongol dalam Pola Penggemukan Sapi Potong Sistem Kereman Berbasis Limbah Singkong

Cattle Performances of Simental and Peranakan Ongol (PO) in Fattening Beef Cattle Pattern Systems Based Kereman Cassava Waste

Agung Adi Candra
Jurusan Peternakan Politeknik Negeri Lampung
Jln. Soekarno-Hatta No.10 Rajabasa Bandar Lampung
Email: adicandrapolinela@gmail.com


Dilakukan penelitian untuk melihat respon sapi simental dan peranakan ongol terhadap pemberian pakan kulit singkong. Kulit singkong dari perusahaan tapioka yang selama ini menjadi sampah ternyata memiliki prospek yang menjanjinkan untuk digunakna sebagai pakan sapi potong. Berbeda dengan onggok, kulit singking relatif sangat murah dan dianggap tidak bermanfaat.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Sapi simental memiliki respon lebih baik dalam penggemukan sapi potong sistem kereman dengan menggunakan limbah kulit singkong sebagai bahan makanan utama dibandingkan sapi peranakan ongol.

ABSTRACT

The purpose of this article was to examine the performance Simental cattle and Peranakan ongol (PO) in Fattening Beef Cattle Pattern Systems Based Kereman Cassava Waste. Research did to use of 10 cows divided into two groups; simental and Peranakan ongol (PO). Cows are given feed treated with the main feed ingredient cassava waste of skin and combined with the concentrate. The research that has simental cow better response in Fattening Beef Cattle Pattern System for the increase of body weight 43.7 kg and Average daily gain 0.73 Peranakan ongol (PO) 33.3 kg and 0.59 Average daily gain.

Keywords: Cattle performances, Peranakan ongol, Simental, Cassava Waste


Tulisan lengkap dapat anda Download disini

Senin, 20 Desember 2010

Jagung dan dunia Peternakan

Tanaman jagung memiliki nilai ekonomis yang tinggi, selain buahnya yang menjadi makanan pokok di berbagai daerah di Indonesia, hasil ikutannya pun memiliki nilai ekonomis tinggi. Seperti batang dan daun jagung yang masih muda dikenal sebagai jerami jagung dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak. Selain sebagai pakan hijauan ternak, jerami juga dapat digunakan sebagai pakan olahan ternak dalam bentuk hay dan silase. Sisa buah tongkol jagung pun dapat diolah kembali menjadi bahan bakar. agung adalah salah satu produk pertanian yang banyak dihasilkan di negara Indonesia. Pada tahun 2004 produksi jagung nasional mencapai 11.225.243 ton dan meningkat menjadi 12.523.894 ton pada tahun 2005. Pemanfaatan jagung saat ini sangat beraneka ragam mulai dari bahan pangan hingga bioenergi. Buah jagung terdiri dari 30% limbah yang berupa tongkol jagung. Jika dikonversikan dengan jumlah produksi jagung pada tahun 2004 maka negara Indonesia berpotensi menghasilkan tongkol jagung sebanyak 3.757.000 ton. Jumlah limbah tersebut sangat banyak dan akan menjadi sangat potensial jika dapat dimanfaatkan secara tepat.

Pada tahun 2006, luas panen jagung 3,5 juta hektar dengan produksi rata-rata 3,47 ton/ha, produksi jagung secara nasional 11,7 juta ton. Dari hasil produksi ini limbah batang dan daun jagung kering sebesar 3,46 ton/ha, jika di konversikan dengan nilai kalori yaitu 4370 kkal/kg dan potensi limbah batang dan daun jagung kering yaitu sebesar 66,35Gj. Potensi energy limbah komoditas jagung sangat besar dan akan terus meningkat , oleh karena itu pemanfaatan limbah jagung sangat diperlukan untuk mendapatkan keuntungan optimal.


 


Dalam dunia peternakan, jagnung adalah komponen yang sangat penting dalam pembuatan ransum ternak. Komponen utama  pakan ternak adalah jagung, bungkil dan tepung ikan. Dari tiga komponen ini hanya jagung yang sudah bisa diproduksi dalam jumlah memadai. Sementara ketergantungan kita pada bungkil dan tepung ikan masih sangat tinggi. Tahun 1998 Indonesia malahan bisa surplus jagung. Impor kita hanya 298.234 ton, sementara ekspornya mencapai 463.000 ton. Sebelumnya, pada tahun 1997 kita mengalami defisit yang luar biasa. Impor kita mencapai 1.098.012 ton, sementara ekspornya hanya 14.400 ton. Produksi jagung nasional kita rata-rata mencapai 9 juta ton per tahun. Angka konsumsinya meskipun lebih tinggi dari angka produksi, namun belum pernah mencapai 10 juta ton per tahun. Baru selama  dua tahun terakhir ini angka konsumsi kita melampaui 10 juta ton per tahun.

Tahun 1996, kebutuhan jagung untuk pakan ternak mencapai 3,5 juta ton. Tahun 1997 menurun menjadi 2,5 juta ton. Karena krisis ekonomi yang sangat parah, angka tersebut menjadi 1 juta ton pada tahun 1998 dan 1,8 juta ton pada tahun 1999. Sebab pada tahun-tahun tersebut sebagian besar industri perunggasan kita colaps. Di satu pihak, karena adanya krisis ekonomi angka luasan areal penanaman jagung pada tahun 1998 meningkat dari rata-rata sekitar 3,5 juta hektar menjadi 3,9 juta hektar. Ditambah lagi, tingkat keberhasilan panen pada tahun 1998 sangat tinggi akibat kemarau panjang pada tahun 1997,  yang kemudian disusul dengan tingginya curah hujan pada tahun tersebut. Hingga tak mengherankan apabila angka ekspor jagung pada tahun tersebut mengalami lonjakan yang sangat berarti.

Dari gambaran tersebut, sebenarnya kita tidak perlu  terlalu merisaukan komoditas jagung. Sebab defisit  kita yang tercermin dari impor, paling tinggi hanya mencapai 1 juta ton per tahun. Dengan tingkat produksi petani yang hanya sekitar 2,5 ton per musim tanam, maka perluasan areal untuk menutup defisit tersebut hanyalah sekitar 400.000 hektar. Dengan benih hibrida, dengan penanganan budidaya yang benar, petani kita bisa menghasilkan sampai 8 ton pipilan kering per hektar per musim tanam. Sebab meskipun merupakan tanaman pendatang dari benua Amerika, jagung adalah tanaman tropis yang adaptasinya di lahan-lahan Indonesia bisa berjalan dengan baik. Lain halnya dengan kedelai (sebagai bahan bungkil) yang memerlukan panjang hari sampai 17 jam untuk mencapai produksi optimalnya 4 ton per hektar. Di Indonesia, dengan perlakuan apa pun, produksi optimal kedelai  hanya akan mencapai 4 ton per hektar per musim tanam.

Tetapi masalahnya tidak sesederhana itu. Selama ini para petani kita tidak terlalu antusias menanam jagung karena rendahnya harga di tingkat petani. Rata-rata harga jagung kering berkadar air maksimal 15% hanya sekitar Rp 900,- per kg. Kalau kadar airnya mencapai di atas 20%, maka harga yang akan diterima petani bisa turun sampai ke tingkat Rp 500,- per kg. Dengan hasil hanya sekitar 2,5 ton per hektar maka harga jual sebesar Rp 500,- per kg tersebut akan mengakibatkan pendapatan petani hanyalah Rp 1.250.000,- per hektar per musim tanam. Biasanya para petani tidak pernah memperhitungan nilai sewa lahan. Demikian pula halnya dengan tenaga kerja mereka. Namun dengan pendapatan serendah itu, petani sulit untuk menutup biaya benih, pupuk dan  pestisida. Kecuali mereka memperoleh bantuan kredit untuk keperluan budidaya.

Masalah utama yang dihadapi para petani jagung sebenarnya bukan menyangkut aspek budidaya melainkan pada pasca panen.  Panen raya musim tanam I selalu terjadi pada bulan-bulan Januari dan Februari. Pada saat itulah tingkat curah hujan di Indonesia relatif tinggi. Hingga pengeringan dengan mengandalkan panas matahari pasti akan menjadi masalah. Karenanya, sentra-sentra jagung seperti di Lampung dan Jatim, sangat memerlukan dryer berkapasitas besar. Sayangnya, dryer adalah peralatan yang harganya paling tinggi dibanding mesin-mesin lainnya. Kalau mesin pemipil, pemecah dan penepung kapasitas terkecil harganya dibawah Rp 20.000.000,- per unit, maka dryer kapasitas terkecil sudah mencapai Rp 30.000.000,- Jadi sulit diharapkan para petani mampu investasi dryer untuk mengatasi masalah kadar air.

Masalah berikut yang dihadapi petani adalah, mereka sangat memerlukan uang cash pada saat panen. Tidak mungkin petani menahan produk mereka untuk menunggu saat membaiknya harga. Karenanya, untuk membantu para petani, mestinya dialokasikan dana pembelian. Seandainya dana pembelian ini bisa didapatkan oleh koperasi misalnya, masih akan timbul masalah penyimpanan. Selama ini penyimpanan jagung, juga beras, selalu dilakukan dengan menggunakan karung yang ditumpuk dalam gudang. Padahal idealnya penyimpanan produk-produk biji-bijian menggunakan silo. Hingga yang diperlukan oleh sentra-sentra produksi jagung adalah pengadaan dryer, dana pembelian ke petani dan silo sebagai tempat penyimpanan.

Sayangnya, selama ini perusahaan pakan ternak di Indonesia labih berpikiran praktis. Pokoknya kebutuhan jagung pipilan kering berkadar air 14% tersedia. Kalau petani Indonesia tidak bisa memenuhi permintaan mereka, impor pun dilakukan. Departemen Pertanian dan Dinas Pertanian di daerah, pola pikirnya kurang lebih juga  sama. Hingga skim-skim kredit yang dikucurkan ke petani hanyalah untuk keperluan budidaya. Masalah pasca panen dan penanggulangan dana pembelian ke petani tidak pernah mereka sentuh. Kondisi semacam ini setengahnya dimanfaatkan oleh perusahaan pakan ternak untuk memperoleh jagung dengan biaya rendah. Paling tidak hal ini dilakukan oleh para tengkulak yang biasanya merupakan oknum-oknum perusahaan pakan ternak.

Dalih yang paling sering dikemukakan oleh para tengkulak dalam menekan harga di tingkat petani adalah, kualitas jagung kita tidak sebaik jagung impor. Kalau rendahnya mutu jagung lokal dikaitkan dengan masalah kadar air, memang benar. Tetapi dengan penanganan pasca panen yang benar, masalah tersebut dengan mudah bisa diatasi para petani kita. Sebab kenyataannya, jagung lokal kita mutunya justru lebih baik dari jagung impor. Paling tidak jika dibandingkan  dengan jagung eks RRC. Pertama, tingkat kesegaran jagung lokal jelas lebih baik. Sebab jagung-jagung lokal yang beredar di pasaran adalah produk yang baru saja  dipanen. Selain itu kandungan beta karoten jagung lokal kita labih tinggi. Hingga pakan ternak yang menggunakan jagung lokal, akan menghasilkan kuning telur dan daging ayam dengan kualitas yang lebih baik.

Hingga sebenarnya, perusahaan pakan ternak akan cenderung memilih jagung lokal dibanding yang impor. Namun, apabila stok jagung lokal tidak mencukupi, mareka akan mengimpornya. Sebenarnya, kalau kisaran kebutuhan industri pakan ternak maksimal hanya 3,5 juta ton, akan bisa dipenuhi oleh peroduksi kita yang bisa mencapai 10 juta ton. Akan tetapi, jagung produksi nasional tersebut tidak hanya ditujukan untuk pakan ternak. Masih lebih banyak jagung yang dikonsumsi manusia. Baik sebagai nasi jagung, berupa roti,  kue-kue maupun makanan lainnya. Selain itu jagung juga dibutuhkan untuk industri non pakan ternak. Itulah sebabnya secara rutin kita masih akan mengalami defisit maksimal 1 juta ton setiap tahunnya.

Seandainya defisit rutin tersebut bisa kita tutup dengan perluasan areal tanam dan penanganan pasca panen yang benar, bisa saja kita masih akan melakukan impor. Mungkin impor kita akan tetap mencapai angka 1 juta ton. Bisa juga malahan akan semakin besar. Hal tersebut tidak perlu terlalu kita permasalahkan, asalkan ekspor kita bisa mencapai kisaran angka yang lebih besar lagi. Misalnya impor kita 1 juta ton sementara ekspornya mencapai 1,5 juta ton. Sebab dalam era perdagangan bebas, kita tidak hanya boleh mengekspor, melainkan juga wajib mengimpor dengan angka minimal tertentu. Dalam dunia bisnis hal itu biasa. Misalnya kita mengekspor minyak bumi berkadar belerang rendah ke Jepang, tetapi untuk konsumsi dalam negeri kita mengimpor minyak berkedar belerang lebih tinggi  dari timur tengah.

Dengan gambaran permasalahan tersebut, sebanarnya kita tidak perlu terlalu merisaukan permasalahan jagung. Namun mengapa Departemen Pertanian sampai membentuk sebuah lembaga yang disebut Dewan Jagung Nasional? Sebenarnya ini merupakan stretegi perdagangan perusahaan perunggasan multinasional, terutama yang berasal dari AS. Mereka ingin pangsa pasar yang terus meningkat. Padahal, komoditas jagung sudah tidak terlalu menguntungkan untuk ditanam di AS. Karenanya mereka membuang komoditas murah ini ke RRC, India dan Indonesia. Tiga negara dengan potensi pasar terbesar karena jumlah penduduknya. Sebab kalau jagung sudah ditolak oleh petani AS sementara alternatif lain belum ada, maka industri perunggasan akan colaps lagi.

Sebab industri perunggasan tidak melulu menyangkut jagung. Masih ada bungkil, tepung ikan, industri grand-grand parent dan obat-obatan ternak. Semua itu sampai saat ini masih dipegang oleh negara-negara maju, terutama AS. Jadi kalau ada iming-iming dana besar untuk pengembangan komoditas jagung dari AS, kita mesti hati-hati. Bukan berarti harus ditolak, tetapi kita perlu tahu bahwa bantuan apa pun yang kita terima, pasti ada latar belakangnya. Dan latar belakang bantuan untuk pengembangan jagung melalui Dewan Jagung Nasional, adalah salah satu bagian dari agroindustri perunggasan yang melibatkan banyak perusahaan multinasional. Sebab Indonesia dengan jumlah penduduk di atas 200 juta jiwa

Senin, 22 November 2010

JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN TERNAK


Jerami padi biasa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Terlebih bila musim kemarau menjerang. Sayangnya kandungan nutrisi dan kecernaannya rendah, apalagi bila dibandingkan dengan pakan hijauan. Hal ini lantaran tingginya kadar serat kasar sebagai penyusun dinding sel tanaman. Juga rendahnya kadar protein serat kasarnya.

Mengingat jerami padi mudah didapatkan sebagai alternatif pakan ternak, peternak acap mengupayakan perbaikan potensi pakan jerami padi ini. Ahli pakan ternak Mirni Lamid dari Departemen Peternakan FKH Unair Surabaya memberi jalan perbaikan ini dengan perlakuan biologi mengunakan enzim xilanase.

Kata Mirni Lamid, perlakuan biologi menggunakan enzim xilanase pada jerami padi itu selain ramah lingkungan juga mampu memperbaiki potensi pakan berserat. Proses kimianya adalah dengan mengubah struktur ligno selulosa dan lignohemiselulosa.

Sehingga, “Akan lebih memudahkan degradasi fraksi hemiselulosa pada jerami padi secara efisien dan optimal,” kata Mirni Lamid. Dari hasil penelitiannya, penambahan enzim xilanase dengan waktu inkubasi 2 hari dapat menurunkan kandungan serat dan meningkatkan kandungan protein kasar.

Manfaatnya, menurut Mirni Lamid, penggunaan enzim Xilanase dapat memberi respon positif dalam peningkatan kualitas jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia tersebut. Mengapa bisa demikian, ahli pakan ternak itu menjelaskan semua berdasar penelitiannya.

Enzim Xilanase sebagaian besar dihasilkan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan fungi. Kelompok enzim glikosil hidrolase mampu memecah ikatan glikosidik pada xilan dengan kecepatan lebih dari 10 pangkat 17 kali. “Oleh sebab itu, keberadaan enzim ini memegang peranan penting dalam mendegradasi limbah yang kaya hemiselulose,” kata Mirni Lamid.

Hemiselulose merupakan polisakarida struktural sel tanaman terbanyak kedua setelah selulose. Komponen hemiselulose terpenting dari sel tanaman adalah xilan tersebut. Xilan tersusun atas rantai polixilos membentuk heteropolisakadrida bercabang yang sulit didegradasi oleh mikroba rumen.

Dalam penelitian Mirni Lamid tersebut, ia melalui tahap-tahap esksplorasi enzim xilanase untuk mengetahui optimasi pH dan suhu. Kemudian uji potensi enzim xilanase dalam upaya meningkatkan kualitas jerami yang meliputi kandungan bahan kering, bahan organik, serat kasar dan protein kasar.

Kandungan-kandungan zat pakan dalam jerami padi inilah yang digertak kondisinya dengan enzim xilanase. Alhasil, kandungan seratnya menurun. Segangkan protein kasarnya meningkat, sehingga kandungan gizinya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. (www.majalahinfovet.com)