Selasa, 16 Desember 2008

bahan kuliah Kesehatan ternak

link :
http://www.ziddu.com/download/2937054/CRD.pps.html

http://www.ziddu.com/download/2937121/FOWLPOX.pps.html

http://rapidshare.com/files/173743892/Collibacilosis.pps.html

http://www.ziddu.com/download/2937151/cacingan.pps.html

http://www.ziddu.com/download/2937160/KoksidiosisBerakDarah.pps.html

http://www.ziddu.com/download/2937194/Pullorum.pps.html

Selasa, 09 Desember 2008

BAHAN KULIAH PENYAKIT TERNAK 9 des 2008

dowload lin k berikut:

http://www.ziddu.com/download/2874392/IB.pps.html

http://www.ziddu.com/download/2874426/InfectiousLaryngotracheitisILT.pps.html

Jumat, 05 Desember 2008

Update Hasil Penelitian AI Wasito

Dari Redaksi PI
www.poultryindonesia.com. Duet peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM - Yogyakarta, yaitu : Prof. drh. R. Wasito dan Prof. drh. Hastari Wuryastuty, yang sebelumnya telah membuktikan peran lalat rumah sebagai vektor (perantara) mekanis maupun biologis virus Avian Influenza (AI), kini telah berhasil merampungkan sekuensing virus AI dari lalat dan ayam. Menurut Wasito (19/10), dari hasil analisa sementara pihaknya, virus AI yang berasal dari lalat dan ayam petelur sangat menjanjikan untuk dijadikan master seed vaksin AI maupun alat deteksi cepat virus AI.


Dari isolat AI (H5N1) yang berasal dari lalat dan ayam Indonesia yang dikoleksi oleh Hastari dan Wasito, hasil sekuensing menunjukkan bahwa : sekuen 3 isolat AI dari ayam benar-benar sama satu sama lainnya. Hal serupa juga terbaca pada sekuen 2 isolat AI dari lalat –keduanya sama.
Wasito menambahkan, dari hasil sekuensing menunjukkan adanya perbedaan 12 basa antara isolat AI dari ayam dan lalat. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa isolat AI lalat kekerabatannya lebih mendekati isolat AI strain Hongkong, Korea, dan Vietnam. Sementara isolat AI ayam kekerabatannya lebih mendekati isolat AI strain Indonesia.

“Lalat yang dikoleksi berasal dari Maros, Tasikmadu, Solo, Sukoharjo. Sedangkan ayamnya berasal dari Semarang dan Cilacap. Penelitian ini bekerjasama dengan Prof. Roger K. Maes, Head of Virology Section, Department of Microbiology and Public Health, Michigan State University, East Lansing, Michigan, USA,” urai Wasito.

Sebagaimana diketahui, selama 2 tahun terakhir kedua ilmuwan ini telah melakukan penelitian untuk mengetahui potensi lalat sebagai vektor biologis virus AI. Keduanya telah mendatangi kembali peternakan dengan sejarah pernah, belum pernah, dan sedang terserang AI, di daerah Maros, Tasikmadu, Malang, dan Tulung Agung. Mengambil sampel lalat, kemudian melakukan pengujian laboratorium imunologi molekuler dengan antibodi spesifik monoklonal untuk virus AI H5N1. Wasito menjelaskan, berdasarkan penelitian tersebut telah dibuktikan keberadaan virus AI di saluran reproduksi maupun bagian abdominalnya (bagian kutikula dan serabut otot) dalam keadaan hidup, dengan titer (jumlah) virus 2^10. “Hasil penelitian ini merupakan peringatan bagi peternak karena tingkat efektivitas virus di lalat untuk menginfeksi ayam sangat tinggi –di atas ambang batasnya yaitu 2^4,” tegas Wasito.

Melalui penelitian tersebut, keduanya tidak menyangsikan peran lalat rumah sebagai vektor mekanis namun juga vektor biologis untuk virus AI. Menurut Wasito, dari pemeriksaan lalat selama 3 tahun berturut-turut, menunjukkan bahwa virus AI mampu bercokol di lalat selama 25 generasi (hasil pemeriksaan positif terhadap AI). Oleh sebab itu, Wasito menegaskan pentingnya program pengendalian lalat sebagai bagian dari biosekuriti. Karena tanpa disadari selama ini ada berjuta-juta lalat yang semula dianggap kecil perannya untuk menyebarkan virus AI, ternyata malah sebaliknya

Pemuliaan ternak

Materi pemuliaan ternak pertemuan ke 1, download disini :

http://www.ziddu.com/download/2841202/PEMULIAANTERNAK.ppt.html

Infectious coryza

bahan materi Infectious coryza, download disini :

http://www.ziddu.com/download/2841122/INFECTIOUSCORYZA.pps.html

Newcastle disease

Bahan materi Necastle disease, download disini :

http://www.ziddu.com/download/2841094/Newcastledisease.pps.html

BAHAN KULIAH PENYAKIT TERNAK

BAhan Inseminasi buatan download di sini :
http://www.ziddu.com/download/2841048/IB.exe.html

PROFIL JURUSN PETERNAKAN POLINELA

http://rapidshare.com/files/170394353/Jurusan_Peternakan.wmv.html

Rabu, 03 Desember 2008




Foto pengabdian kepada masyaraka di desa fajar baru Lampung selatan Tim PS. Teknologi Produksi Ternak POLINELA

Pengabdian di ampung selatan


Jurusan peternakan pengabdian dalam rangka desa bianaan di fajar baru lampung selatan. Dilaksanakan demonstrasi pembuatan silase dan pemnyuntikan obat dan vitamin gratis kepada para peternak

PEmbuatan jerami fermentasi

Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya dan
belum sepenuhnya dimanfaatkan. Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat
mencapai 12-1 5 ton per hektar satu kali panen, atau 4-5 ton bahan kering tergantung
pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan.
Berbagai upaya boleh dilakukan untuk meningkatkan kualitas jerami padi, baik
dengan cara fisik, kimia maupun biologis. Tetapi cara-cara tersebut biasanya
disamping mahal, juga hasilnya kurang memuaskan. Dengan cara fisik misalnya,
memerlukan investasi yang mahal; secara kimiawi meninggalkan residu yang
mempunyai efek buruk sedangkan dengan cara biologis memerlukan peralatan yang
mahal dan hasilnya kurang disukai ternak (ban amonia yang menyengat).
Cara baru yang relatif murah, praktis dan hasilnya sangat disukai ternak adalah
fermentasi dengan menambahkan bahan mengandung mikroba proteolitik, lignolitik,
selulolitik, lipolitik dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (contohnya: starbio,
starbioplus, EM-4 dan lain-lain).
1. Bahan.
- Jerami : 1 ton
- Urea : 6 kg
- Starbio atau bahan sejenis : 6 kg
- Air : Secukupnya
2. Tempat
Ada naungan/atap terhindar dari hujan dan sinar matahari langsung.
3. Cara Pembuatan
- Jerami kering panen dilayukan selama ± 1 hari untuk mendapatkan kadar air
mendekati 60%, dengan tanda-tanda jerami kita remas, apabila air tidak
menetes tetapi tangan kita basah berarti kadar air mendekati 60%.
- Jerami yang sudah dilayukan tersebut dipindahkan ke tempat pembuatan
dengan cara ditumpuk setebal 20-30 con (boleh diinjak-injak) kemudian
ditaburkan urea, bahan pemacu mikroorganisme (starbio atau bahan sejenis)
dan air secukupnya kemudian ditumpuk lagi jerami seperti cara di atas
sehingga mencapai ketinggian ± 1,5 m.

Jurusan Peternakan Pengabdian


Program Studi Teknologi Produksi Ternak Politeknik Negeri Lampung mengadakan pengabdian kepada masyarakat di Kampung Purwodadi kecamatan Trimurjo Kab. Lampung Tengah.
Pengabdian dengan tema teknologi pembuatan pakan sapi potong merupakan implementasi dari kebutuhan masyarakat tentang teknologi pembuatan pakan bagi sapi potong. Teknologi yang diperkenalkan adalah teknologi pengawetan hijauan berupa silase, amoniase.

KETIKA KRISIS MENERPA

Krisis global.... sering orang berujar krisis global menyebabkan banyak perusahaan kolaps dan banayak pegawai dirumakan bahkan di PHK.... lalu bagaimana dengan SKB 4 menteri??? apakah merugikan???
di dunia peternakan kolap industri unggas telah terjadi pada awal puasa, karena kenaikan harga pakan yang menembus harga Rp.5.500. dan DOC menjadi Rp.5000. banyak peternak yang terpaksa gulung tikar. namun harga yang tinggi itu terbalas dengan harga kandang yang relatif tinggi di awal lebaran.

Selasa, 02 Desember 2008

PROSES AMONIASI CARA KERING

Proses amoniasi jerami padi telah disederhanakan oleh Masaru Murai dari Tohoku National Agricultural Experiment di Jepang, yaitu dengan cara urea yang digunakan ditaburkan langsung di atas jerami padi yang akan diamoniasi. Prinsip pembuatannya sama dengan amoniasi cara basah, hanya cara kering urea tidak dilarutkan dalam air.
Contoh pembuatan amoniasi secara kering adalah :
Bahan-bahan :
 100 kg jerami padi kering udara
 3-4 kg urea
Peralatan :
 Lembaran plastik dengan ketebalan 0,4 cm
 Timbangan
 Kayu untuk mengemas jerami padi
Cara Pembuatan :
1). Jerami yang sudah terpilih dan ditimbang diikat dengan tali yang terbuat dari bambu, setelah itu dikemas supaya mudah dalam penanganannya.
2). Taburi urea secara merata pada setiap ikatan/bal jerami.
3). Setelah merata bungkus dengan palstik secara rapat agar tidak ada udara yang masuk/an aerob.
4). Simpan di tempat yang teduh dan tidak kena hujan/air. Sebaiknya di atas plastik pembungkus ini diberi beban agar ada tekanan ke bawah, sehingga gas amoniak yang terbentuk dimanfaatkan oleh jerami. Lama proses penyimpanan selama satu bulan.
5). Setelah satu bulan jerami olahan dapat dibuka, hasil yang baik ditandai dengan bau amoniak yang menyengat, oleh karena itu hati-hati ketika membuka karena dapat menyebabkan mata pedih.
6). Setelah bau yang menyegat berkurang pindahkan ke ruang penyimpanan. Simpan di tempat yang beratap dan tidak kena hujan. Perhatikan ventilasi gudang penyimpanan udara harus bebas mengalir.

Cara Penyimpanan Jerami Amoniasi
Jerami amoniasi cara basah dengan kantong plastik, drum, maupun silo dalam tanah sebagian besar terutama di bagian bawah sangat lembab bahkan basah. Jerami ini setelah diangin-anginkan selama 2 atau 3 hari masih tetap basah. Jerami lembab ini sebaiknya langsung diberikan kepada ternak dan harus habis dalam jangka waktu satu minggu.
Pada daerah tertentu terutama dataran tinggi jerami amoniasi yang masih lembab akan menyebabkan tumbuhnya jamur kayu atau jamur putih yang halus pada permukaan jerami amoniasi. Jamurnya sendiri tidak berbahaya untuk ternak, tapi kurang estetik dan bagian permukaan itu agak menurun kualitasnya. Terutama bila jerami tersebut ditumpuk di udara terbuka dan terkena air hujan maka akan terjadi proses pelapukan (dekomposisi).
Untuk disimpan jangka lama maka jerami amoniasi tersebut harus dijemur dan dikeringkan di panas matahari selama kurang lebih satu minggu hingga kadar air mencapai 20 %. Bila jerami tersebut sudah dijemur dan kering maka dapat disimpan di bawah atap dan tahan 6 bulan sampai satu tahun tanpa adanya penurunan kualitas.
Penjemuran dilakukan dengan cara sederhana yaitu dijemur di atas pelataran semen atau tanah dengan ketebalan 10 cm. Dengan cara ini penjemuran tidak memakan waktu lama, dalam waktu tiga hari sudah kering.
Bila di musim hujan dimana penjemuran tidak memungkinkan, jerami amoniasi tidak perlu dikeluarkan dari kantong plastik, drum bekas, ataupun silo. Dikeluarkan sedikit demi sedikit seperlunya untuk kebutuhan sehari-hari sampai habis.
Cara Penyajian Jerami Amoniasi
Yang dimaksud dengan cara penyajian adalah bagaimana memberikan jerami hasil amoniasi kepada ternak agar dimakan oleh ternak dan peternak memperoleh manfaat dari pemberian jerami tersebut.

1). Bentuk penyajian
Dalam penyajian jerami amoniasi ini tidak perlu dicincang, jadi dapat diberikan dalam bentuk utuh, karena dari hasil penelitian jumlah yang dikonsumsi oleh ternak baik yang dicincang maupun yang utuh akan sama saja, sehingga untuk ekonomisnya tidak perlu dicincang.
Bila tersedia konsentrat, maka sebaiknya konsentrat diberikan terlebih dahulu kira-kira satu jam sebelum pemberian jerami, hal ini dimaksud untuk merangsang perkembangbiakan mikroorganisme dalam rumen karena karbohidrat siap pakai dan protein yang tersedia dalam konsentrat cukup sebagai pendorong perkembangbiakan mikroorganisme dalam rumen terutama bakteri selulolitik yang mencerna serat kasar jerami.
2) Air minum
Dalam penyajian jerami padi sebagai makanan pokok, masalah air minum sangat perlu sekali diperhatikan. Seperti kita ketahui bila seekor sapi dewasa diberi rumput segar sebanyak 40 kg/ekor/hari, maka dalam rumput segar mengandung kadar air antara 80 – 85 %. Jadi wajar bila seekor sapi diberi rumput segar tidak banyak minum karena kebutuhan airnya telah dipenuhi dari rumput (rumput segar 40 kg = 8 kg bahan kering + 32 liter air).
Lain halnya, bila ternak diberi makan jerami karena kadar airnya rendah hanya kira-kira 20 –30 persen saja. Misalnya dalam sehari seekor sapi menghabiskan 10 kg jerami maka berarti sapi tersebut akan memakan 8 kg bahan kering dan 2 liter air, dengan demikian maka sapi tersebut membutuhkan air minum kurang lebih sebanyak 30 liter air untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Oleh karena itu, bila memberikan makan ternak dengan bahan pokok jerami hendaknya sepanjang sore dan malam hari terus tersedia air minum yang cukup. Jerami padi merupakan pakan hijauan yang sangat miskin mineral, oleh karena itu pada setiap pemberian pakan jerami jangan lupa diberikan mineral secara teratur.

AMONIASI CARA BASAH

Teknik yang digunakan dalam proses amoniasi cara basah ialah dengan :
kantong plastik

Bahan-bahan :
 15 kg jerami kering udara
 870 gram urea
 5 liter air
Peralatan :
 2 lembar kantong plastik ukuran 100 x 150 cm dengan ketebalan 0,4 cm
 1 buah ember
 1 timbangan
 1 alat pengaduk
Cara pembuatan :
1. Kantong plastik langsung dilapis dua dengan cara memasukan lembar pertama ke dalam lembar kedua. Maksudnya merangkap plastik ini adalah agar lebih kuat dan menghindarkan bocor.
2. Seluruh jerami dimasukkan ke dalam plastik agak dipadatkan dengan cara menekan/mendorong jerami tersebut ke arah dalam tetapi jangan diinjak karena dapat menyebabkan plastik pecah atau sobek.
3. Larutkan 870 gram urea ke dalam ember yang berisi 5 liter air dengan cara diaduk sampai benar-benar larut hingga tidak ada lagi butir-butir urea yang terlihat.
4. Siramkan larutan urea tersebut ke dalam kantong plastik yang berisi jerami dengan embrat agar lebih mudah dan dapat merata, sampai seluruh larutan tersebut habis.
5. Tutup dahulu kantong plastik lapis dalam dengan cara mengikat bagian atasnya, kemudian baru kantong plastik bagian luarnya. Kantong plastik ini dapat disimpan di tempat yang telah disediakan dan cukup aman.
6. Setelah satu bulan kantong plastik dapat dibuka, ketika membuka plastik harus hati-hati karena selama proses amoniasi ini terjadi pembentukan gas, sehingga ketika plastik tersebut dibuka gas akan keluar dan dapat menyebabkan pedih di mata. Jerami hasil amoniasi kemudian diambil lalu diangin-anginkan selama dua hari sebelum diberikan kepada ternak.
Catatan :Untuk proses amoniasi dalam jumlah banyak maka jumlah kantong plastik harus disediakan dalam jumlah yang cukup. Bila pengolahan cara ini dilakukan dengan hati-hati, maka kantong plastik tersebut dapat dipakai ulang sampai tiga kali. Biasanya hanya dua kali pakai.

SILASE RUMPUT LAPANG

Rumput lapang yang berlebih sebaiknya diproses menjadi silase untuk memenuhi kebutuhan di waktu kekurangan hijauan pada musim kemarau.
Pembuatan silase rumput lapang diperlukan stater untuk mengoptimalkan fermentasi asam laktat, salah satu stater yang baik adalah dengan penambahan tetes + 10 %.
Rumput yang akan dibuat silasedijemur/diangin-anginkan beberapajam, untuk mengurangi kandunganairnya. Pada waktu penjemurandilakukan pembalikan beberapa kaliagar pengeringan terjadi secara merata.
Rumput yang telah dijemur ditimbang sesuai dengan kebutuhandalam pembuatan silase. Timbang tetes/molase yang diperlukan,untuk setiap 100 kg rumput lapang dibutuhkan tetes 10 kg (10 % dariberat bahan baku silase). Setelah ditimbang tetes dituangkan kerumput lapang yang telah kering udarasesuai dengan takaran.
Campurkan kedua bahan tersebut secara merata agar hasil fermentasi baik,sehingga menghasilkan silase yangberkualitas baik.
Sediakan plastik yang sesuai dengandrum yang akan digunakan, fungsiplastik disini untuk memudahkanpenutupan sehingga tercipta kondisian-aerob dalam proses fermentasinya. Plastik harus dapat masuk ke dalamdrum dan dapat ditutup dengan rapatagar kondisi silo tertutup dengan baik.
Padatkan sepadat mungkin rumputdi dalam drum tersebut dengan caraditekan atau diinjak-injak agar tidakada ruang untuk oksigen. Hal inidilakukan supaya silase yangdihasilkan kualitas silase yang baik.
Masukkan bahan silase kedalamdrum yang telah dilapisi plastik. Tutup dan tekan agar udara didalam keluar kemudian ikat plastik tersebut secara rapih, rapat dan tidak ada udara masuk ke dalam, serta jangan sampai bocor. Setelah rumput padat sebelum diikat dibagian atas dari tumpukan rumput dalamdrum tersebut di beri tetes sedikit sajauntuk membantu proses terjadifermentasi lebih baik.
Setelah ditutup diatasnya disimpan bebanagar mendapat tekanan ke bawah sertatidak ada udara yang masuk, disampingitu letakan ditempat yang beratap agartidak kehujanan. Biarkan fermentasiterjadi, diamkan selama 21 hari untukmendapat silase yang baik.
Setelah disimpan 3 minggu (21 hari) dapatdibuka untuk diberikan kepada ternak, bilatidak jangan dibuka dan simpan dalamkondisi tertutup dapat disimpan 3 – 6 bulan.Pada waktu pemberian kepada ternak jangansering dibuka-tutup dalam 1 hari cuma bolehdibuka 1 kali (untuk makan ternak pagi dansore dikeluarkan sekaligus) sebab kalausering dibuka tutup kualitas silase akan cepatrusak.
Sapi yang belum terbiasa makansilase diberikan sedikit demi sedikit,di campur dengan hijauan yang biasadimakan. Jika sudah terbiasa dapatseluruhnya diberikan silase sesuai dengankebutuhan, hal ini sangat membantu dalampekerjaan di kandang dan sangatmenghemat waktu.

SILASE RUMPUT GAJAH ATAU RUMPUT RAJA

SILASE RUMPUT GAJAH ATAU RUMPUT RAJA
Produksi hijauan di kebun rumput baik itu rumput Gajah ataupun rumput Raja bila melebihi atau melewati umur potong akan mengurangi kulitas hijauan tesebut, untuk mengoptimalkan produksi dan menjaga kualitas, pemotongan dilakukan harus tepat waktu. Umur potong rumput yang optimal pada 7 minggu atau 50 hari. Bila produksi rumput berlebih dan akan dibuat silase untuk stok perlu pengurangan kadar air rumput dengan cara disimpan berdiri jangan di tidurkan atau ditumpuk untuk menghidarkan dari kerusakan selama 2 - 3 hari, dan harus disimpan terlindung atau di bawah atap.
Setelah disimpan selama 2-3hari dan kandungan air berkurang cacah rumput tersebut dengan panjang cacahan 10-50mm. Diperlukan Dedak murni untuk bahan starter dalam pembuatan silase rumput Raja dan rumput Gajah, kualitas dedak ini dapat menentukan baik tidaknya kualitas silase yang akan dihasilkan. Campurkan dedak dan cacahan rumput secara merata
Hasil percampuran dimasukkan dalam silo yang telah dilapisi dengan plastik. Padatkan bahan silase dengan cara ditekan atau diinjak-injak, hal ini dilakukan supaya tidak ada ruang diantara potongan rumput yang berarti tidak ada tempat bagi oksigen. Pencampuran rumput dan dedak harus benar-benarmerata agar kualitas silaseyang dihasilkan baik.
Setelah dipadatkan dan ditekandengan baik, ikat plastik dengan kuatagar tidak ada udara yang masuk,karena proses fermentasi silase harus dalam keadaan an-aerob (tidak adaoksigen). Beri beban diatasnya agar terdapat tekanan ke bawah sehingga kondisi an-aerob terjadi dengan baik
Setelah 21 hari proses fermentasi telah selesai plastik dapat dibuka. Untuk mengetahui kualitas silase yang dihasilkan salah satunya dapat mengacu pada tabel kualitas silase yang baik dan layak untuk menjadi pakan ternak. Berikan kepada Sapi atau ternak ruminasia lainnya, jika tidak suka coba campur dahulu dengan rumput yang biasa dikonsumsi, setelah sapi menyukai dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan

SILASE DAUN JAGUNG

SILASE DAUN JAGUNG

Pohon Jagung berumur 90 sampai 100 hari merupakan limbah pertanian yang baik bila proses untuk pembuatan silase, dalam rangka penyediaan stok hijauan sepanjang tahun.
Bahan silase dari pohon jagung dengan kandungan air 60 – 70 % yang baik untuk pengawetan melalui proses fermentasi. Daun jagung sebagai limbah pertanian dapat diberikan pada sapi baik dalam bentuk segar maupun setelah melalui proses pengawetan. Bila daun jagung diberikan dalam bentuk segar dan tidak dicacah maka hijauan tersebut banyak tersisa dan terbuang. Ini merupakan pekerjaan yang sangat merugikan bila dalam bak makan banyak hijauan yang tidak dimakan oleh ternak tersebut.
Daun jagung yang akan digunakan dalam pembuatan silase sebaiknya dicacah dengan panjang 10 – 50 mm, karena pada waktu pencacahan akan :
1. Daun jagung akan mengurangi kadar air lebih mudah melakukan pemadatan sehingga
2. (oksigen) akan dikeluarkan dan ukuran sama agar kondisi hijauan lebih padat dan kedap udara.
Daun jagung yang dipotong-potong/ dicacah bila dalam bentuk segar diberikan kepada ternak akan habis termakan dan di dalam bak makan tidak ada yang tersisa, terbuang percuma, lama ternak mengunyah waktunya lebih singkat, jumlah hijauan yang dimakan akan lebih banyak, jumlah hijauan yang terbuang akibat sifat memilih ternak serta hijauan yang terinjak akan berkurang, dan akan lebih efektif serta efisien dalam penggunaan tenaga kerja.
Pembuatan silase dilakukan di dalam silo. Silo dapat terbuat dari kantong plastik untuk bagian dalam dan karung plastik untuk bagian luar. Hal ini untuk menciptakan suasana an-aerob dalam pembuatan silase yang paling sederhana. Bila mempunyai modal yang lebih banyak dapat membuat silo baik yang dari drum, tembok (semen) maupun silo tanah.
Untuk proses fermentasi diperlukan stater untuk merangsang perkembangan bakteri asam laktat, stater (bahan yang merupakan sumber karbohirat misalnya : tetes atau gula pasir) ini diperlukan bila bahan dasarnya kurang mengadung karbohidrat, dapat pula dibantu dengan bahan kimia (asam formiat) bila kandungan air dari bahan cukup tinggi.
Semua bahan yang diperlukan dicampur secara merata. Setelah campuran merata baru dimasukan ke dalam karung plastik yang dilapisi kantong plastik, sedikit demi sedikit sehingga padat. Padatkan sehingga tidak ada celah untuk udara di dalam kantong plastik, bila tidak padat akan merusak kualitas silase yang dihasilkan. Setelah padat dan penuh tutup dan tekan agar udara di dalam plastik keluar, ikat plastik tersebut secara rapih, rapat dan tidak terdapat udara di dalam ataupun udara yang masuk dan jangan sampai bocor. Ikatan harus rapi dan kuat pada tiap bagian baik waktu mengikat kantong plastik maupun karung plastik. Jagan sampai ada gelembung udara dalam kantung plastik/silo. Hal ini bertujuan agar kondisi di dalam silo dalam keadaan an-aerob. Dalam kondisi terikat rapi ini dapat disimpan dengan ditumpuk. Waktu penyimpan dan proses fermentasi terjadi selama 3 minggu (21 hari), setelah melewati umur penyimpanan ini dapat tahan disimpan selama 3 – 6 bulan asalkan jangan dibuka tutup.
Setelah disimpan 3 minggu (21 hari) dapat dibuka untuk diberikan kepada ternak, bila tidak jangan dibuka dan simpan sampai diperlukan. Pada waktu pemberian kepada ternak jangan sering dibuka tutup dalam 1 hari cuma boleh dibuka 1 kali (untuk makan ternak pagi dan sore dikeluarkan bersama-sama), sebab kalau sering dibuka tutup kualitas silase akan cepat rusak.
Kualitas silase yang baik dapat diketahui dari keadaan fisik silase salah satu standar penilaian kualitas silase yang baik dapat di lihat pada Tabel Kualitas silase yang baik dan layak untuk menjadi pakan ternak.
Ternak yang belum terbiasa makan silase diberikan sedikit demi sedikit, dicampur dengan hijauan yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa dapat seluruhnya diberi silase sesuai dengan kebutuhan, hal ini sangat membantu dalam pekerjaan di kandang dan sangat menghermat waktu
Selamat mengerjakan dan mencoba.

JERAMI (HAY)

JERAMI (HAY)
Keadaan Alam mempengaruhi ketersediaan hijauan padang penggembalaan, dimusim kering akan berkurang hasilnya. Hasil berlebih di musin basah dapat diawetkan dengan mengeringkan hijauan (hay)
Jerami (hay) adalah hijauan rumput, legum atau limbah hasil pertanian yang dikeringkan yang dijadikan bahan pakan bagi ternak ruminansia. Jerami sangat penting bagi ternak. Berikut ini beberapa karakteristik dari hay sebagai pakan ternak:
1. Hay pada sapi muda dapat meningkatkan perkembangan fungsi rumen, sedangkan pada sapi dewasa kandungan bahan kering pada hay dapat meningkatkan daya serap bahan makanan.
2. Kualitas hay sangat baik dimana palatabilitas ternak meningkat (sangat disukai ternak)
3. Kualitas hay menjadi bermacam-macam tergantung cuaca, pada cuaca yang sangat buruk (musim hujan) beberapa satuan nutrisi akan berkurang.
4. Hay dibandingkan dengan silase lebih ringan empat kalinya dengan kandungan bahan kering yang sama.

Untuk mendapatkan nilai gizi yang tinggi dan palatabilitas yang tinggi, hijauan atau legum harus dipotong sebelum berbunga. Kemudian hijauan tersebut dibiarkan mengering di lapangan atau dengan pengeringan paksa. Bahan Kering Hay nilainya kurang dari 60%.
. PENGOLAHAN JERAMI PADI
Jerami padi merupakan limbah hasil pertanian tanaman padi. Jerami padi ini dapat dimanfaatkan menjadi pakan ternak namun kualitasnya menurun dengan cepat setelah padi di panen. Oleh karena itu diperlukan suatu perlakuan terhadap jerami padi tersebut agar nilai gizi dan daya cernanya meningkat.
Terdapat berbagai metode yang dapat ditempuh dalam pengolahan jerami berupa perlakuan Fisik dan kimia.

Perlakuan Fisik
Jerami bagian atas kualitasnya relatif lebih baik dibandingkan dengan bagian bawah, mengurangi ukuran panjang dan memotongnya merupakan salah satu cara sehingga ternak makin mudah mengunyahnya.


Perlakuan Kimia Amoniasi
Terdapat beberapa bahan kimia yang dapat dimanfaatkan seperti kaustik soda (NaOH), namun kurang aman bagi lingkungan. Terdapat cara yang lebih aman yaitu dengan menggunakan urea.
Urea merupakan salah satu sumber amoniak (NH3) berbentuk padat, selain NH3 dalam bentuk gas cair, dan NH4OH dalam bentuk cairan yang biasa digunakan dalam pengolahan jerami padi segar menjadi jerami hasil olahan yang biasa disebut jerami amonias

SILASE

SILASE
Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproduksi atau dibuat dari tanaman yang dicacah, pakan hijauan, limbah dari industri pertanian dan lain-lain dengan kandungan air pada tingkat tertentu yang diisikan dalam sebuah silo (dalam suasana silo). Pada silo, bakteri asam laktat akan mengkonsumsi gula pada bahan material dan akan terjadi proses fermentasi asam laktat dalam kondisi anaerob.
Terbentuknya silase sebagai akibat pengaruh fermentasi asam laktat yang bermanfaat, dan disimpan dalam jangka waktu yang lama dengan tingkat kehilangan nutrisi untuk fermentasi seperti : pH yang rendah dan stabil, asam laktat, gas karbondioksida (CO2), gas nitrogen, dan lain-lain.
Pada dasarnya, jika tanaman hijauan cacahan dibiarkan di udara terbuka akan mengakibatkan penurunan nilai karena adanya aktivitas mikroorganisme yang bersifat aerob. Salah satu jalan untuk mencegah penurunan ini dengan menyiapkan pembuatan silase dengan menggunakan fermentasi asam laktat pada kondisi anaerob.
Fermentasi asam laktat dipengaruhi oleh hubungan antara faktormikro biologi, kimia, dan fisik
Persiapan Dasar untuk Mendapatkan Kualitas Silase yang Baik adalah:

1. Udara dalam silo. Fermentasi silase adalah fermentasi asam laktat dalam kondisi anaerob, oleh karena itu pengisian bahan dilakukan dalam waktu yang singkat dan segera ditutup dengan baik.
2. Kandungan air dalam bahan lebih baik berada pada kisaran 60 – 70 %.
3. Kandungan gula dalam bahan .Kandungan gula yang larut dalam air pada bahan kering lebih dari 12% dan 3% pada bahan segar. Jika kandungan gula tidak cukup tersedia dalam bahan , maka perlu ditambahkan gula.
4. Penyimpanan harus berada pada suhu yang serendah mungkin. Jangan lakukan diatas meja, tetapi faktor penting lainnya adalah
5. Pemotongan atau pencacahan bahan.
6. Pemadatan atau penekanan perlu dilakukan untuk meningkatkan isi silase

TEKNOLOGI PENGAWETAN MAKANAN TERNAK

Hijauan Makanan Ternak (Forages) merupakan bahan makanan atau pakan utama bagi kehidupan ternak serta merupakan dasar dalam usaha pengembangan peternakan terutama untuk ternak ruminansia termasuk didalamnya sapi perah, sapi potong (pedaging). Untuk meningkatkan produktivitas ternak, salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah penyediaan pakan hijauan sepanjang tahun baik kualitas dan kuantitas yang cukup agar pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan ternak untuk mempertahankan kelestarian hidup dan keutuhan alat tubuh ternak (kebutuhan hidup pokok) dan tujuan produksi (kebutuhan produksi) dapat berkesinambungan. Hal ini dimungkinkan bila kita mampu mengelola strategi penyediaan pakan hijauan baik rumput maupun legum.

Selamat PAgi

Selamat pagi adalah ucapan ringan tapi menggugah semangat.. selalu ucapkan selama pagi!!!!!!!!!!!!!