Senin, 20 Desember 2010

Jagung dan dunia Peternakan

Tanaman jagung memiliki nilai ekonomis yang tinggi, selain buahnya yang menjadi makanan pokok di berbagai daerah di Indonesia, hasil ikutannya pun memiliki nilai ekonomis tinggi. Seperti batang dan daun jagung yang masih muda dikenal sebagai jerami jagung dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak. Selain sebagai pakan hijauan ternak, jerami juga dapat digunakan sebagai pakan olahan ternak dalam bentuk hay dan silase. Sisa buah tongkol jagung pun dapat diolah kembali menjadi bahan bakar. agung adalah salah satu produk pertanian yang banyak dihasilkan di negara Indonesia. Pada tahun 2004 produksi jagung nasional mencapai 11.225.243 ton dan meningkat menjadi 12.523.894 ton pada tahun 2005. Pemanfaatan jagung saat ini sangat beraneka ragam mulai dari bahan pangan hingga bioenergi. Buah jagung terdiri dari 30% limbah yang berupa tongkol jagung. Jika dikonversikan dengan jumlah produksi jagung pada tahun 2004 maka negara Indonesia berpotensi menghasilkan tongkol jagung sebanyak 3.757.000 ton. Jumlah limbah tersebut sangat banyak dan akan menjadi sangat potensial jika dapat dimanfaatkan secara tepat.

Pada tahun 2006, luas panen jagung 3,5 juta hektar dengan produksi rata-rata 3,47 ton/ha, produksi jagung secara nasional 11,7 juta ton. Dari hasil produksi ini limbah batang dan daun jagung kering sebesar 3,46 ton/ha, jika di konversikan dengan nilai kalori yaitu 4370 kkal/kg dan potensi limbah batang dan daun jagung kering yaitu sebesar 66,35Gj. Potensi energy limbah komoditas jagung sangat besar dan akan terus meningkat , oleh karena itu pemanfaatan limbah jagung sangat diperlukan untuk mendapatkan keuntungan optimal.


 


Dalam dunia peternakan, jagnung adalah komponen yang sangat penting dalam pembuatan ransum ternak. Komponen utama  pakan ternak adalah jagung, bungkil dan tepung ikan. Dari tiga komponen ini hanya jagung yang sudah bisa diproduksi dalam jumlah memadai. Sementara ketergantungan kita pada bungkil dan tepung ikan masih sangat tinggi. Tahun 1998 Indonesia malahan bisa surplus jagung. Impor kita hanya 298.234 ton, sementara ekspornya mencapai 463.000 ton. Sebelumnya, pada tahun 1997 kita mengalami defisit yang luar biasa. Impor kita mencapai 1.098.012 ton, sementara ekspornya hanya 14.400 ton. Produksi jagung nasional kita rata-rata mencapai 9 juta ton per tahun. Angka konsumsinya meskipun lebih tinggi dari angka produksi, namun belum pernah mencapai 10 juta ton per tahun. Baru selama  dua tahun terakhir ini angka konsumsi kita melampaui 10 juta ton per tahun.

Tahun 1996, kebutuhan jagung untuk pakan ternak mencapai 3,5 juta ton. Tahun 1997 menurun menjadi 2,5 juta ton. Karena krisis ekonomi yang sangat parah, angka tersebut menjadi 1 juta ton pada tahun 1998 dan 1,8 juta ton pada tahun 1999. Sebab pada tahun-tahun tersebut sebagian besar industri perunggasan kita colaps. Di satu pihak, karena adanya krisis ekonomi angka luasan areal penanaman jagung pada tahun 1998 meningkat dari rata-rata sekitar 3,5 juta hektar menjadi 3,9 juta hektar. Ditambah lagi, tingkat keberhasilan panen pada tahun 1998 sangat tinggi akibat kemarau panjang pada tahun 1997,  yang kemudian disusul dengan tingginya curah hujan pada tahun tersebut. Hingga tak mengherankan apabila angka ekspor jagung pada tahun tersebut mengalami lonjakan yang sangat berarti.

Dari gambaran tersebut, sebenarnya kita tidak perlu  terlalu merisaukan komoditas jagung. Sebab defisit  kita yang tercermin dari impor, paling tinggi hanya mencapai 1 juta ton per tahun. Dengan tingkat produksi petani yang hanya sekitar 2,5 ton per musim tanam, maka perluasan areal untuk menutup defisit tersebut hanyalah sekitar 400.000 hektar. Dengan benih hibrida, dengan penanganan budidaya yang benar, petani kita bisa menghasilkan sampai 8 ton pipilan kering per hektar per musim tanam. Sebab meskipun merupakan tanaman pendatang dari benua Amerika, jagung adalah tanaman tropis yang adaptasinya di lahan-lahan Indonesia bisa berjalan dengan baik. Lain halnya dengan kedelai (sebagai bahan bungkil) yang memerlukan panjang hari sampai 17 jam untuk mencapai produksi optimalnya 4 ton per hektar. Di Indonesia, dengan perlakuan apa pun, produksi optimal kedelai  hanya akan mencapai 4 ton per hektar per musim tanam.

Tetapi masalahnya tidak sesederhana itu. Selama ini para petani kita tidak terlalu antusias menanam jagung karena rendahnya harga di tingkat petani. Rata-rata harga jagung kering berkadar air maksimal 15% hanya sekitar Rp 900,- per kg. Kalau kadar airnya mencapai di atas 20%, maka harga yang akan diterima petani bisa turun sampai ke tingkat Rp 500,- per kg. Dengan hasil hanya sekitar 2,5 ton per hektar maka harga jual sebesar Rp 500,- per kg tersebut akan mengakibatkan pendapatan petani hanyalah Rp 1.250.000,- per hektar per musim tanam. Biasanya para petani tidak pernah memperhitungan nilai sewa lahan. Demikian pula halnya dengan tenaga kerja mereka. Namun dengan pendapatan serendah itu, petani sulit untuk menutup biaya benih, pupuk dan  pestisida. Kecuali mereka memperoleh bantuan kredit untuk keperluan budidaya.

Masalah utama yang dihadapi para petani jagung sebenarnya bukan menyangkut aspek budidaya melainkan pada pasca panen.  Panen raya musim tanam I selalu terjadi pada bulan-bulan Januari dan Februari. Pada saat itulah tingkat curah hujan di Indonesia relatif tinggi. Hingga pengeringan dengan mengandalkan panas matahari pasti akan menjadi masalah. Karenanya, sentra-sentra jagung seperti di Lampung dan Jatim, sangat memerlukan dryer berkapasitas besar. Sayangnya, dryer adalah peralatan yang harganya paling tinggi dibanding mesin-mesin lainnya. Kalau mesin pemipil, pemecah dan penepung kapasitas terkecil harganya dibawah Rp 20.000.000,- per unit, maka dryer kapasitas terkecil sudah mencapai Rp 30.000.000,- Jadi sulit diharapkan para petani mampu investasi dryer untuk mengatasi masalah kadar air.

Masalah berikut yang dihadapi petani adalah, mereka sangat memerlukan uang cash pada saat panen. Tidak mungkin petani menahan produk mereka untuk menunggu saat membaiknya harga. Karenanya, untuk membantu para petani, mestinya dialokasikan dana pembelian. Seandainya dana pembelian ini bisa didapatkan oleh koperasi misalnya, masih akan timbul masalah penyimpanan. Selama ini penyimpanan jagung, juga beras, selalu dilakukan dengan menggunakan karung yang ditumpuk dalam gudang. Padahal idealnya penyimpanan produk-produk biji-bijian menggunakan silo. Hingga yang diperlukan oleh sentra-sentra produksi jagung adalah pengadaan dryer, dana pembelian ke petani dan silo sebagai tempat penyimpanan.

Sayangnya, selama ini perusahaan pakan ternak di Indonesia labih berpikiran praktis. Pokoknya kebutuhan jagung pipilan kering berkadar air 14% tersedia. Kalau petani Indonesia tidak bisa memenuhi permintaan mereka, impor pun dilakukan. Departemen Pertanian dan Dinas Pertanian di daerah, pola pikirnya kurang lebih juga  sama. Hingga skim-skim kredit yang dikucurkan ke petani hanyalah untuk keperluan budidaya. Masalah pasca panen dan penanggulangan dana pembelian ke petani tidak pernah mereka sentuh. Kondisi semacam ini setengahnya dimanfaatkan oleh perusahaan pakan ternak untuk memperoleh jagung dengan biaya rendah. Paling tidak hal ini dilakukan oleh para tengkulak yang biasanya merupakan oknum-oknum perusahaan pakan ternak.

Dalih yang paling sering dikemukakan oleh para tengkulak dalam menekan harga di tingkat petani adalah, kualitas jagung kita tidak sebaik jagung impor. Kalau rendahnya mutu jagung lokal dikaitkan dengan masalah kadar air, memang benar. Tetapi dengan penanganan pasca panen yang benar, masalah tersebut dengan mudah bisa diatasi para petani kita. Sebab kenyataannya, jagung lokal kita mutunya justru lebih baik dari jagung impor. Paling tidak jika dibandingkan  dengan jagung eks RRC. Pertama, tingkat kesegaran jagung lokal jelas lebih baik. Sebab jagung-jagung lokal yang beredar di pasaran adalah produk yang baru saja  dipanen. Selain itu kandungan beta karoten jagung lokal kita labih tinggi. Hingga pakan ternak yang menggunakan jagung lokal, akan menghasilkan kuning telur dan daging ayam dengan kualitas yang lebih baik.

Hingga sebenarnya, perusahaan pakan ternak akan cenderung memilih jagung lokal dibanding yang impor. Namun, apabila stok jagung lokal tidak mencukupi, mareka akan mengimpornya. Sebenarnya, kalau kisaran kebutuhan industri pakan ternak maksimal hanya 3,5 juta ton, akan bisa dipenuhi oleh peroduksi kita yang bisa mencapai 10 juta ton. Akan tetapi, jagung produksi nasional tersebut tidak hanya ditujukan untuk pakan ternak. Masih lebih banyak jagung yang dikonsumsi manusia. Baik sebagai nasi jagung, berupa roti,  kue-kue maupun makanan lainnya. Selain itu jagung juga dibutuhkan untuk industri non pakan ternak. Itulah sebabnya secara rutin kita masih akan mengalami defisit maksimal 1 juta ton setiap tahunnya.

Seandainya defisit rutin tersebut bisa kita tutup dengan perluasan areal tanam dan penanganan pasca panen yang benar, bisa saja kita masih akan melakukan impor. Mungkin impor kita akan tetap mencapai angka 1 juta ton. Bisa juga malahan akan semakin besar. Hal tersebut tidak perlu terlalu kita permasalahkan, asalkan ekspor kita bisa mencapai kisaran angka yang lebih besar lagi. Misalnya impor kita 1 juta ton sementara ekspornya mencapai 1,5 juta ton. Sebab dalam era perdagangan bebas, kita tidak hanya boleh mengekspor, melainkan juga wajib mengimpor dengan angka minimal tertentu. Dalam dunia bisnis hal itu biasa. Misalnya kita mengekspor minyak bumi berkadar belerang rendah ke Jepang, tetapi untuk konsumsi dalam negeri kita mengimpor minyak berkedar belerang lebih tinggi  dari timur tengah.

Dengan gambaran permasalahan tersebut, sebanarnya kita tidak perlu terlalu merisaukan permasalahan jagung. Namun mengapa Departemen Pertanian sampai membentuk sebuah lembaga yang disebut Dewan Jagung Nasional? Sebenarnya ini merupakan stretegi perdagangan perusahaan perunggasan multinasional, terutama yang berasal dari AS. Mereka ingin pangsa pasar yang terus meningkat. Padahal, komoditas jagung sudah tidak terlalu menguntungkan untuk ditanam di AS. Karenanya mereka membuang komoditas murah ini ke RRC, India dan Indonesia. Tiga negara dengan potensi pasar terbesar karena jumlah penduduknya. Sebab kalau jagung sudah ditolak oleh petani AS sementara alternatif lain belum ada, maka industri perunggasan akan colaps lagi.

Sebab industri perunggasan tidak melulu menyangkut jagung. Masih ada bungkil, tepung ikan, industri grand-grand parent dan obat-obatan ternak. Semua itu sampai saat ini masih dipegang oleh negara-negara maju, terutama AS. Jadi kalau ada iming-iming dana besar untuk pengembangan komoditas jagung dari AS, kita mesti hati-hati. Bukan berarti harus ditolak, tetapi kita perlu tahu bahwa bantuan apa pun yang kita terima, pasti ada latar belakangnya. Dan latar belakang bantuan untuk pengembangan jagung melalui Dewan Jagung Nasional, adalah salah satu bagian dari agroindustri perunggasan yang melibatkan banyak perusahaan multinasional. Sebab Indonesia dengan jumlah penduduk di atas 200 juta jiwa

Senin, 22 November 2010

JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN TERNAK


Jerami padi biasa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Terlebih bila musim kemarau menjerang. Sayangnya kandungan nutrisi dan kecernaannya rendah, apalagi bila dibandingkan dengan pakan hijauan. Hal ini lantaran tingginya kadar serat kasar sebagai penyusun dinding sel tanaman. Juga rendahnya kadar protein serat kasarnya.

Mengingat jerami padi mudah didapatkan sebagai alternatif pakan ternak, peternak acap mengupayakan perbaikan potensi pakan jerami padi ini. Ahli pakan ternak Mirni Lamid dari Departemen Peternakan FKH Unair Surabaya memberi jalan perbaikan ini dengan perlakuan biologi mengunakan enzim xilanase.

Kata Mirni Lamid, perlakuan biologi menggunakan enzim xilanase pada jerami padi itu selain ramah lingkungan juga mampu memperbaiki potensi pakan berserat. Proses kimianya adalah dengan mengubah struktur ligno selulosa dan lignohemiselulosa.

Sehingga, “Akan lebih memudahkan degradasi fraksi hemiselulosa pada jerami padi secara efisien dan optimal,” kata Mirni Lamid. Dari hasil penelitiannya, penambahan enzim xilanase dengan waktu inkubasi 2 hari dapat menurunkan kandungan serat dan meningkatkan kandungan protein kasar.

Manfaatnya, menurut Mirni Lamid, penggunaan enzim Xilanase dapat memberi respon positif dalam peningkatan kualitas jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia tersebut. Mengapa bisa demikian, ahli pakan ternak itu menjelaskan semua berdasar penelitiannya.

Enzim Xilanase sebagaian besar dihasilkan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan fungi. Kelompok enzim glikosil hidrolase mampu memecah ikatan glikosidik pada xilan dengan kecepatan lebih dari 10 pangkat 17 kali. “Oleh sebab itu, keberadaan enzim ini memegang peranan penting dalam mendegradasi limbah yang kaya hemiselulose,” kata Mirni Lamid.

Hemiselulose merupakan polisakarida struktural sel tanaman terbanyak kedua setelah selulose. Komponen hemiselulose terpenting dari sel tanaman adalah xilan tersebut. Xilan tersusun atas rantai polixilos membentuk heteropolisakadrida bercabang yang sulit didegradasi oleh mikroba rumen.

Dalam penelitian Mirni Lamid tersebut, ia melalui tahap-tahap esksplorasi enzim xilanase untuk mengetahui optimasi pH dan suhu. Kemudian uji potensi enzim xilanase dalam upaya meningkatkan kualitas jerami yang meliputi kandungan bahan kering, bahan organik, serat kasar dan protein kasar.

Kandungan-kandungan zat pakan dalam jerami padi inilah yang digertak kondisinya dengan enzim xilanase. Alhasil, kandungan seratnya menurun. Segangkan protein kasarnya meningkat, sehingga kandungan gizinya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. (www.majalahinfovet.com)

Fenomena Meningkatnya Kasus Necrotic Enteritis


Necrotic Enteritis (NE) merupakan jenis penyakit yang belakangan ini fenomenanya cenderung mengalami peningkatan kasus cukup signifikan dilapangan. Kasus NE tercatat banyak menimbulkan permasalahan pada peternakan ayam broiler modern, namun demikian cukup banyak juga dilaporkan terjadi pada peternakan ayam petelur komersial serta breeder (peternakan ayam pembibitan).

Kasus NE secara langsung menyebabkan gangguan fungsi sistem pencernaan, sehingga dinilai sangat merugikan secara ekonomis berkenaan dengan gangguan efesiensi pakan (FCR yang meningkat cukup signifikan) dan gangguan pertumbuhan serta sejumlah kematian. Dari sisi biaya yang harus dikeluarkan oleh peternak ayam broiler untuk pengobatan terhadap NE, untuk setiap ekor ayamnya dapat mencapai antara Rp 400 – 500 tergantung derajat keparahan penyakit, lama waktu pengobatan serta umur ayam saat dilakukan pengobatan.

Necrotic Enteritis merupakan salah satu penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri jenis Clostridium perfringens, dimana tergolong bakteri gram-positif, bersifat anaerobic, umum dapat ditemukan di tanah, litter, debu dan pada level yang rendah ditemukan dalam usus ayam sehat. Clostridium perfringens hanya akan menyebabkan NE bila karena kondisi yang mendukung dalam saluran pencernaan ayam, bakteri tersebut berubah sifat dari type yang tidak memproduksi toksin menjadi type yang mampu memproduksi toksin.

Beberapa type Clostridium perfringens

Terdapat lima type dari Clostridium perfringens (A, B, C, D and E) dimana mampu memproduksi sejumlah toksin seperti toksin: alpha, beta, epsilon, iota and toksin CPE. Alpha toksin dan enzim phospholipase C diyakini sebagai kunci penyebab terjadinya NE. Namun demikian dari studi yang dilakukan oleh pada ahli belakangan ini, isolat dari Clostridium perfringens yang tidak memproduksi alpha toksin tetap dapat menimbulkan terjadinya NE.

Sebagai tambahan, toksin yang disebut NetB belakangan ini diidentifikasi dapat menyebabkan terjadinya NE yang disebabkan oleh salah satu isolat Clostridium perfringens (Anthony Keyburn, CSIRO Livestock Industries Researchers).

Usus dari ayam yang terinfeksi Clostridium perferingens menjadi rapuh dan menggelembung disertai adanya timbunan gas dan lesi-lesi bersifat nekrosis yang menyebar cukup luas disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh Clostridium perfringens tersebut. Pada kejadian yang bersifat akut, sering kali adanya kematian pada ayam yang terinfeksi tidak disertai adanya gejala klinis. Namun demikian pada bentuk yang subklinis, lebih banyak menimbulkan kerugian secara ekonomis berupa gangguan pertumbuhan dan problem efesiensi pakan.

Gejala klinis dan lesi

Gejala awal dari ayam yang mengalami infeksi Clostridium perfringens penyebab NE serikali nampak ayam mengalami diare dengan kotoran agak encer warna merah kecoklatan (seperti warna buah pepaya) disertai dengan cairan asam urat yang keluar bersama feces dan terkadang fecesnya bercampur dengan sejumlah material pakan yang tidak tercerna secara sempurna. Akibat terjadinya diare, litter nampak cepat basah dan cemaran ammonia jadi meningkat cukup tajam ada dalam kandang, sehingga dapat memperparah kondisi sakit dari ayam dan meningkatnya jumlah kematian. Pada ayam broiler, seringkali kasus NE dapat diamati cukup jelas saat memasuki umur 3 (tiga) minggu keatas.

Gangguan pertumbuhan (pertumbuhan melambat) dan problem efisiensi pakan (FCR jadi membengkak) disebabkan karena rusaknya dinding usus oleh toksin yang dihasilkan oleh infeksi Clostridium perfringens, dimana terjadi gangguan penyerapan nutrisi pakan oleh dinding usus. Contoh gambar dibawah menunjukkan tingkatan derajat lesi disebabkan oleh paparan Alpha toksin yang dihasilkan oleh infeksi Clostridium perfringens (derajat lesi dari tingkat 1 – 4), dimana semakin berat derajat lesinya, maka semakin berkurang nutrisi yang mampu diserap oleh dinding usus, sehingga sangat berdampak pada gangguan pertumbuhan dan membengkaknya FCR.

Secara khusus kasus NE yang bersifat sporadik seringkali dapat terjadi pada peternakan ayam, baik pada peternakan ayam broiler (pedaging), petelur komersial maupun breeder, dapat terjadi bila mana tidak digunakannya antibiotika yang berfungsi sebagai growth promoters atau problem infeksi oleh Emeria spp. penyebab Koksidiosis tidak terkontrol dengan maksimal, praktik manajemen pemeliharaan ayam dibawah standar (tidak sesuai dengan keinginan ayam modern), serta pakan dengan kandungan NSP (Non Starch Polisacharida = Karbohidrat bukan Pati) yang cukup tinggi dan sumber protein asal hewani yang cukup tinggi kandungannya dalam sediaan pakan.

(www.majalahinfovet.com)

Rabu, 01 September 2010

Riset ampuhnya Temulawak

Penelitian Robert J Gonco DDS, PhD dari Amerika Academy of Periontology (APP) di Amerika Serikat membuktikan dampak buruk plak gigi itu. Bahkan penelitian lanjutan yang berjalan sejak 1996 itu mengungkapkan fakta lain : plak gigi menyebabkan gangguan kehamilan dan osteoporosis atau tulang rapuh.

Plak gigi merupakan lapisan tipis yang dihuni sisa-sisa makanan halus, bakteri, dan cendawan. Lapisan itu dibungkus air liur sehingga dapat mengeras. “plak dapat terbentuk setengah jam setelah makan,” kata drg Endang Wahyuningsih MS SpPros dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Pasta Gigi

Dampak buruk plak itu mendorong Prof Jae Kwan Hwang dan timnya dari Departemen of Biotechnology Yonsei University mencari herba yang berkhasiat sebagai benteng pertahanan gigi. Hasilnya penelitian itu mengerucut pada tanaman temulawak Curcuma xanthorriza.

Dari presentasi Hwang pada The 1st International Symposium on Temulawak di IPB pada Mei 2008, terungkap xanthorrizol pada rimpang temulawak tokcer sebagai antimikroba dan antibakteri. Ekstrak temulawak membuat bakteri Streptococcus, Antinomyces viscosus, dan Porphyromonas gingivalis di gigi mati. Xanthorrizol memicu denaturasi protein sel bakteri yang ujung-ujungnya memaksa protein itu keluar sel. Berikutnya sel akan mengkerut dan mati. Karena keampuhan itu temulawak kini dilirik industry pasta gigi di Korea Selatan.

Antioksidan

Sebagai obat jerawat rimpang anggota family Zingiberacceae itu juga tokcer. Penelitian Irmanida Batubara Msi dan kolega : Tohru Mitsunaga serta Hideo Ohsashi dari Gifu University di Jepang, menunjukkan jerawat akibat bakteri Propionibacterium acnes bisa sembuh dengan temulawak. Ekstrak rimpang memakai matanol dan 50% etanol cukup menghambat daya serang bakteri itu melalui mekanisme penghambatan aktivitas lipase-semacam enzim katalisator.

Uji lain menunjukkan kerabat kunyit itu bisa menekan serangan malaria. Lihat data WHO yang menyebutkan 41% penduduk dunia beresiko terinfeksi malaria. Parahnya lagi pengobatan yang sudah berjalan dengan obat antimalaria berbahan aktif klorokin membuat resistensi pada Plasmodium falciparum-penyebab malaria tertiana.

Riset-riset ilmiah yang dilakukan berbagai pihak memang langkah maju untuk menyibak semua potensi temulawak. Titik akhir dari semua itu adalah terjaminnya keamanan dam keselamatan konsumen sehingga temulawak dapat mendunia. (Dian Adijaya S/Peliput : Tri Susanti).

Sumber : majalah TRUBUS 465

Rabu, 28 April 2010

Tetesan Setelah Tetesan Terakhir

Pasar malam dibuka di sebuah kota . Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat.

Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini.

Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping.

Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir.

‘Hingga tetes terakhir’, pikirnya.

Manusia kuat lalu menantang para penonton: ‘Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!’

Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung. Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras… dan menekan sisa jeruk… tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata : ‘Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?’

Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. ‘Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung.’ Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran penonton.

Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras… dan ‘ting!’ setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.

Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.

Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya, ‘Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu.

Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?’

‘Begini,’ jawab wanita itu, ‘Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku.

Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun. Engkau juga akan mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku’.

Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan.

Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku.

‘Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya’, demikian kata seorang bijak.

Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerima hal tersebut. (Bits & Pieces, The Economics Press)

sumber : Dharmajala milist

Selasa, 27 April 2010

MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT* - - - sebuah perenungan

Sebuah Renungan Kesetiaan..
Silahkan baca dan dihayati.
*
Buat para suami & calon suami dan calon istri

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg
sudah senja bahkan sudah mendekati malam,Pak Suyatno 58 tahun
kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua.
mereka menikah sudah lebih 32 tahun.

Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa,setelah
istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan
tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke
tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang
lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran,
menyuapi,dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat
kerja dialetakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa
kesepian.

Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat
istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu
jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi
istrinya makan siang. sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti
pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil
menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi,
Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap
berangkat tidur.

Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun,dengan sabar
dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati
mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg
masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua
mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah
sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan Pak Suyatno memutuskan ibu
mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya
berhasil.

Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata " Pak kami ingin
sekali merawat ibu semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu
tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……. ..bahkan
bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu" . dengan air mata berlinang
anak itu melanjutkan kata2nya "sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan
bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati
masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat
bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian".
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka."
Anak2ku ……… Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk
nafsu, mungkin bapak akan menikah….. .tapi ketahuilah dengan
adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia
telah melahirkan kalian.. sejenak kerongkongannya tersekat,… kalian yg
selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat
menghargai dengan apapun. coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan
keadaanya seperti Ini.
Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia
meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan
bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain,
bagaimana dengan ibumu yg masih sakit."
Sejenak meledaklah tangis anak2 pak suyatno merekapun melihat
butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno.. dengan pilu
ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu..

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV
swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan
kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat
Istrinya yg sudah tidak bisa apa2.. disaat itulah meledak tangis beliau
dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup
menahan haru disitulah Pak Suyatno bercerita.
"Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya,
tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian )
adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup
saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya
mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia
memberi saya 4 orang anak yg lucu2..
Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama..dan itu
merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk
mencintainya apa adanya. sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya
apalagi dia sakit,,,"

Antara suka sayang dan Cinta

Saat kau MENYUKAI seseorang,kau ingin memilikinya untuk keegoisanmu sendiri

Saat kau MENYAYANGI seseorang, kau ingin sekali membuatnya bahagia dan bukan untuk dirimu sendiri

Saat kau MENCINTAI seseorang, kau akan melakukan apapun untuk kebahagiaannya walaupun kau harus mengorbankan jiwamu

Saat kau MENYUKAI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan bertanya,”Bolehkah aku menciummu?”

Saat kau MENYAYANGI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan bertanya,”Bolehkah aku memelukmu?”

Saat kau MENCINTAI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan menggenggam erat tangannya…

SUKA adalah saat ia menangis, kau akan berkata “Sudahlah, jangan menangis.”

SAYANG adalah saat ia menangis dan kau akan menangis bersamanya.

CINTA adalah saat ia menangis dan kau akan membiarkannya menangis dipundakmu sambil berkata,”Mari kita selesaikan masalah ini bersama-sama.”

SUKA adalah saat kau melihatnya dari penampilan luarnya dan bukan karena hatinya.

SAYANG adalah saat kau melihatnya, kau akan melihatnya dari hatimu dan bukan dari matamu.

CINTA adalah saat kau melihatnya kau akan berkata, “Buatku dia adalah anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan padaku..

Pada saat orang yang kau SUKA menyakitimu, maka kau akan marah dan tak mau lagi bicara padanya.

Pada saat orang yang kau SAYANG menyakitimu, engkau akan menangis untuknya.

Pada saat orang yang kau CINTAI menyakitimu, kau akan berkata, “Tak apa dia hanya tak tahu apa yang dia lakukan.”

Pada saat kau SUKA padanya, kau akan MEMAKSANYA untuk menyukaimu.

Pada saat kau SAYANG padanya, kau akan MEMBIARKANNYA MEMILIH.

Pada saat kau CINTA padanya, kau akan selalu MENANTINYA dengan setia dan tulus…

SUKA adalah kau akan menemaninya bila itu menguntungkan

SAYANG adalah kau akan menemaninya di saat dia membutuhkan

CINTA adalah kau akan menemaninya di saat bagaimanapun keadaannya

SUKA adalah hal yang menuntut

SAYANG adalah hal memberi dan menerima

CINTA adalah hal yang memberi dengan rela

especially for my love

Jumat, 05 Maret 2010

HIMASTER POLINELA IN ACTION part 3

gaya saat capek..... uda maksimal
Finished..
Hasil digester kita.....lumayan
aduk.. isi.... terussss
keep spirit...

HIMASTER POLINELA IN ACTION part 2

pemsangan reaktor
aduk terus.......
lupa deh rasa jijiknya....
Tetep.... gaya nomer satu......
Memasukkan feses...

HIMASTER POLINELA IN ACTION

Isi digester dengan feses
Gaya dulu di digester deh...
Setting digester dalam lubang...... harus pas
Lebih baik berceceran air keringat sekarang daripada malu nantinya
Hilangkan rasa jijik....

Learning by doing Biogas Peternakan Polinela

Pembuatan digester dan reaktor
Pembuatan lubang untuk digester
Merangkai plastik menjadi digester dan reaktor
Mengisi udara digester agar pemasangan dalam lubang sempurna

Dalam menghadapi Kemah Bakti Sosial Mahasiswa Peternakan Polinel yang athun ini mengangkat tema "biogas-solusi murah disaat sulit" maka pada hari Kumat tanggal 5 maret 2010, HIMASTER Polinela mengadakan "belajar lapang' membuat intalasi Biogas digester plastik. Sebuah apresiasi harus kita berikan pada mereka yang disela-sela waktu kuliahnya meluangkan waktu belajar tentang biogas untuk dapat mereka praktekkan di masyarakat. Tetap semangat anak-anakku.... kami siap membantu....

Selasa, 09 Februari 2010

TFSP Polinela

Kreatifitas mahasiswa Peternakan Polinela (Andi)
Proses Pengisian Digester Biogas (Budi)
Pencampuran pakan
Profil sapi TFSP Polinela

Teaching Farm Sapi Potong Polinela" (TFSP Polinela)

Mulai dari akhir Desember 2009, Politeknik Negeri Lampung khususnya jurusan Peternakan melakukan kegiatan pembelajaran melalui "Teaching Farm Sapi Potong Polinela" (TFSP Polinela). Dengan modal awal 10 ekor sapi, teaching farm dapat berjalan dengan lancar. Pada pemeliharaan yang dilakukan di teaching farm Polinela menggunakan sistem pemeliharaan semi intensif dengan model kereman. Model ini dipilih karena kondisi sapi dapat lebih muda dikontrol dan pertumbuhan dapat di rencanakan sesuai keinginan peternak.

Konsep pemeliharaan TFSP Polinela adalah pemeliharaan sapi terintegrasi dengan bahan pakan utama limbah komoditi pertanian dan hotikultura. lampung sebagai sentra singkong memiliki peluang yang besar untuk menghasilkan limbah sing dalam hal ini onggok dan kulit singkong. Kondisi ini membuka peluang abru dalam hal pemafaatan limbah tersebut. TFSP Polinela memanfaatkan limbah kulit singkong yang melimpah tersebut sebagai bahan pakan utama dalam TFSP Polinela.

Teknologi pemeliharaan yang dilakukan adalah dengan mengadaptasikan sapi secara bertahap dengan limbah kulit singkong selama periode tertentu, sehingga sampai saat ini sistem pemeliharaan TFSP Polinela hanya membutuhkan tak lebih dari 10 % hijauan sebagai pakan sapi potong, selebihnya dipenuhi oleh kulit singkong dan pakan peng(konsentrat). Keuntungan model ini adalah tingkat kesulitan untuk mendapatkan pakan menjadi lebih rendah, dikarenakan rumput hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit dan mampu dicukupi oleh kebun rumput milik Polinela. Disamping itu kotoran yang dihasilkan juga relatif kering, sehingga dapat segera diolah menjadio kompos tanpa menimbulkan Polusi udara (bau).

Saat ini TFSP Polinela telah memulai menggunakan feses sapi menjadi sumber energi terbatukan dalam bentuk biogas. Biogas yang dibuat dari bahan plastik ini didesain sedemikian rupa sehingga mudah ditiru oleh masyarakat luas, harga pembuatannya pun relatif sangat murah. Dengan teknologi ini diharapkan masyarakat dapat membuat dan mengaplikasikan di lingkunagn masing-masing

Personil dalam TFSP Polinela adalah Ketua Jurusan Peternakan (Ir. Yadi Priabudiman, M.P.),Agung Adi Candra, S.KH., M.Si (Produksi), drh. Dwi Desmiyeni P, M.Si (health control, Andi Nur Cahyo, Budiono (Production staf/Mahasiswa Polinela)

Kedepan Teaching Farm Sapi Potong Polinela" (TFSP Polinela)akan berusaha memulai mengolah feses dan sludge biogas menjadi kompos, sehingga waste product yang dihasilkan akan bermanfaat dan tidak lagi sebagai limbah yang mengganngu... Bravo Peternakan Polinela

Rabu, 13 Januari 2010